Deritaku (mungkin)
Aku adalah seorang
mahasiswa dari Universitas Oxford. Sekarang aku sudah semester keenam dan aku
mengambil jurusan keagamaan dan Islam yang aku ambil. Akan aku ceritakan
hidupku yang singkat ini.
Ini dia…
Perkenalkan namaku
Neill, aku adalah orang yang belum pintar, jelek, berkacamata tapi aku punya
dua orang yang kucintai yaitu Tyan dan Viza. Tyan adalah kekasihku yang aku
cintai, dia cantik, pintar, dan baik. Viza adalah sahabat terbaikku, dia
pintar, konyol dan baik tentunya.
Aku akan ceritakan
sedikit tentang Tyan. Dia adalah satu-satunya wanita yang bisa membuatku jatuh
cinta, bukan tampangnya, bukan hartanya tapi ada sesuatu dari dirinya yang
membuatku tergila-gila. Tapi aku tak tahu pasti apa itu.
Viza. Dia adalah
sahabatku yang paling aku banggakan. Dia konyol, pintar dan ganteng. Beda dari
yang lainnya, dia selalu memberiku motivasi disaat aku sedang mendapat
masa-masa suram bersaam Tyan. Aku tahu Tyan dan Viza dekat, tapi aku percaya
mereka tak akan mengkhianatiku.
Sekarang aku
adalah mahasiswa semester enam dan dimana setiap mahasiswa akan melakuakan
Kuliah Kerja lapangan. Dimana pula setiap mahasiswa sibuk keliling kota untuk
mendapatkan yayasan yang menampung mereka menjadi sukarelawan dalam penyebaran
dan pembimbingan agama di daerah terpencil.
Sudah sekitar 3
jam aku berkeliling keluar masuk gedung
yayasan tapi tak kunjung juga aku dapat yayasan yang mau menerimaku. Mungkin
sekitar setengah jam aku beristirahat di halte bus dan melihat satu yayasan
kecil. Aku berpikir mungkin tak harus yang besar untuk menjadikanku hebat.
Aku masuki gedung
yayasan yang kecil itu. Aku berbicara kepada pengurus yayasan itu sebentar.
Mereka menyuruhku untuk menunggu di ruang tunggu sebentar, mungkin untuk
membicarakan permintaanku itu. Tak lama kemudian, aku dipanggil lagi ke dalam
dan mereka berkata akan menempatkanku ke daerah yang sangat terpencil dan tak
bernai janji tentang keselamatanklu.
Tak berpikir lama,
aku ambil kesempatan itu. Aku berpikir mungkin memang banyak yang menyedikan
tempat untuk sukarelawan tapi ketika ada kesempatan ambilah.
1 Juni 2005
Semua mahasiswa
semester 6 dilepas untuk melakukan kerja lapangan dengan daerah masing-masing
yang telah ditentukan oleh yayasan pilihan kami sendiri. Hari itu aku
berpamitan kepada ayahku, ibuku, kakakku, adikku dan tentunya kekasihku Tyan.
Aku berangkat
melewati jalur air karena tempat aku ditempatkan hanya bisa diakses dengan
kapal, itupun hanya perahu. Aku berhenti di beberapa tempat untuk beristirahat.
Aku berhenti di salah satu tempat di
tepi sungai, tapi perjalanan masih 4 jam lagi. Disini aku melihat pemandangan
yanga sangat indah, banyak binatang yang pergi ke tepi sungai untuk minum dan
banyak monyet bergelantungan di pepohonan.
Setelah kira-kira
setengah jam, aku berangkat lagi menyusuri sungai. Sekitar setelah 3 jam, aku
mulai menemukan muara sungai tersebut. Muara sungai tersebut yaitu adalah laut
yang sangat luas, airnya jernih dan dangkal.
Aku berkata dalam
hati, “Alhamdulillah, aku Engkau tempatkan di surga duniamu.”
Setelah satu jam,
aku sampai di sebuah pulau. Disana banyak orang yang sudah sedari tadi
menungguku dengan pakaian adat mereka seperti biasanya yang mereka lakukan jika
ada turis datang.
“Hei anak muda!
Selamat datang di desa kami! Siapa namamu?” Kata ketua suku yang berdiri palin
depan saat menungguku.
“Nama saya Neill
pak, saya akan menginap disini sementara.” Jawabku.
“Pasti kau lelah,
silahkan beristirahat dulu. Mari…” Ketua suku mempersilahkan.
Disana aku sangat
dimanjakan dengan lautnya yang jernih, hutannya yang lebat, orangnya yang
hangat terhadapku dan terakhir induk semangku di saat aku berada di sini.
Aku akan
menceritakan sedikit tentang induk semangku ini. Namanya adalah Jane, kau tahu?
Dia adalah wanita yang kuat. Dia bisa hidup dengan anak gadisnya hingga
sekarang dengan tangannya sendiri. Itulah Jane, wanita perkasa…
10 Juni 2005
Aku mulai berbicara kepada kepala suku apa
tujuanku datang kemari. Dia sangat gembira atas tujuanku datang kesana dan dia
mempersilahkan aku untuk mulai memberikan pembelajaran kepada rakyatnya.
Esok harinya, aku
membuat sebuah gubug tanpa dinding untuk mengajarkan masyarakat disitu tentang
tulisan, angka, perhitungan, perkalian, bagaimana cara bertanam, membuat
pupuk dan tentunya agama.
Hari pertama
dimulai dengan 2 orang anak. Hatiku cukup
senang sudah ada masyarakat yang datang. Mereka sangat antusias terhadap pembelajaranku
meskipun akhirnya ibu mereka datang dan memaksa mereka untuk pulang.
Keesokan harinya,
aku kembali menunggu di gubugku itu dan ternyata ada 3 orang anak yang datang kepadaku.
Mereka bertanya apa yang aku ajarkan pada mereka. Aku hanya menjawab akan
membantu mereka agar hidup lebih baik.
Aku mengajarkan
mereka cara memanfaatkan tanah subur mereka, terkadang aku membuat telur dadar
kesukaanku untuk mereka. Tanpa disadari, kini masyarakat desa semakin dekat
denganku dan induk semangku semakin tak ingin aku untuk pulang.
20 Agustus 2005
Hari ini ada
seorang dosenku yang datang menemuiku. Dia melihat kehidupan masyarakat di desa
itu semakin membaik dan dia menyakan tentang yayasan apa yang aku masuki. Aku
menjawab apa adanya tapi dia berkata tak pernah ada yayasan itu di kota
tempatku kuliah itu. Tapi sebelum dia meninggalkanku, dia berkata kepadaku
untuk tetap menjaga kemakmuran ini dan sejahterakan rakyat disana.
Selama disini aku
sering menulis surat utnuk kekasihku. Aku bercerita bagaimana lebatnya hutan
yang mereka punya, seberapa jernih laut yang mereka salami dan sehangat apa
orang-orang di sini kepadaku.
Aku mendapatkan
balasan darinya seminggu setelah aku kirimkan suratku. Dia ingin sekali datang
kemari menemaniku, melihat bagaimana lebatnya hutan yang kuceritakan, merasakan
jernihnya laut yang aku gambarkan.
Dan aku berjanji
akan mengajaknya kemari saat aku kembali nanti dan menunjukkannya semua ini
karena aku juga ingin dia merasakan apa yang aku rasakan.
Hari ini, induk
semangku sangat membuatku kaget. Dia memintaku untuk menikahi anaknya. Memang
anaknya cantik dengan kulit coklat eksotis. Tapi aku menolaknya. Dan induk
semangku bertanya kepadaku mengapa aku menolaknya. Dia bertanya apakah aku tak
suka wanita atau aku memang tak punya nafsu. Tapi aku menjawabnya sambil
menunjukkan foto Tyan dan aku bilang inilah wanita yang akan aku nikahi nanti.
Dia telah lama menungguku.
Dan akhirnya dia
mengerti apa yang membuatku menolak anaknya. Karena aku sangat mencintai
kekasihku.
15 September 2012
Hari ini adalah
hari dimana desa yang aku tinggali ini terkena bencana. Bukan gempa bumu tapi
badai yang sering terjadi, tapi inilah badai terparah yang pernah terjadi disini.
Banyak warga desa yang kehilangan sanak saudar, harta benda serta ternak-ternak
mereka.
Kami hanya bisa
berbaring melihat burung pemakan bangkai berterbangan di atas langit yang biru cerah. Kami hanya
bisa menunggu kapal yang datang utnuk membantu tapi satu minggu btak ada kapal
yang lewat di dekat pulau kami sedangkan persediaan makanan dan air minum
semakin menipis.
Setelah beberapa
hari persediaan makanan kami menipis, kami hanya bisa kembali berbaring di atas
pasir. Aku berbaring bersama induk semangku di tepi laut. Tapi dia meninggal
lebih awal daripada yang aku perkirakan.
Hari demi hari
kami lewati, banyak warga desa yang meninggal. Tapi akhirnya ada kapal
pengangkut barang ekspor melihat kami kelaparan dan member kami makanan serta
air berih.
Aku mulai mengajak
para warga desa untuk kembali membangun desa dari awal. Dan dalam waktu bebrapa
minggu, kami dapat bangkit dan membangun desa kami.
17 Desember 2005
Hari ini adalah
hari dimana anak dari jane menikah dengan pria lain desa itu. Aku berpikir
mungkin dia akan lebih mendapatkan kebahagiaannya disini bersama pria desanya
sendiri dan aku akan mendapatkan kebhagaiaanku dengan menikahi kekasihku
tentunya.
1 Januari 2005
Hari ini adalah
hari aku pulang ke kotaku dan mengumpulkan laporan tentang KKN. Tapi saat aku
sampai rumah, banyak orang mengiraku sudah meninggal karena aku tak pernah
mengirimi mereka surat setelah badai itu menerjang pulau itu. Dan setelah aku
yakinkan mereka kalau aku benar-benar baik-baik saja, aku pergi kerumah Tyan
untuk mengabarinya tentang keadaanku dan memenuhi janjiku untuk mengajaknya
pergi ke desa itu.
Tapi di sana aku
melihat Viza dan Tyan bergandeng tangan dengan mesra. Mereka mengira kau telah
mennggal dan Viza memutuskan untuk mengambil alih posisiku karena setelah kepergianku,
Tyan selalu mengis merindukanku. Tapi sekarang tak ada lagi sosokku di hatinya.
Dengan berat hati
aku meninggalkannya dan mendoakannya agar bertahan lama dengan sahabatku.
Sekarang hidupku kembali seperti dulu yang cupu, jelek dan tak punya orang
untuk berbagi kasih. Tapi aku selalu ingat akan cinta penduduk desa kepadaku,
bukan karena aku siapa tapi bagaimana aku ada diantara mereka.
0 komentar:
Posting Komentar