Rabu, 13 Juni 2012

Deritaku (mungkin)


Aku adalah seorang mahasiswa dari Universitas Oxford. Sekarang aku sudah semester keenam dan aku mengambil jurusan keagamaan dan Islam yang aku ambil. Akan aku ceritakan hidupku yang singkat ini.

Ini dia…


Perkenalkan namaku Neill, aku adalah orang yang belum pintar, jelek, berkacamata tapi aku punya dua orang yang kucintai yaitu Tyan dan Viza. Tyan adalah kekasihku yang aku cintai, dia cantik, pintar, dan baik. Viza adalah sahabat terbaikku, dia pintar, konyol dan baik tentunya.

Aku akan ceritakan sedikit tentang Tyan. Dia adalah satu-satunya wanita yang bisa membuatku jatuh cinta, bukan tampangnya, bukan hartanya tapi ada sesuatu dari dirinya yang membuatku tergila-gila. Tapi aku tak tahu pasti apa itu.

Viza. Dia adalah sahabatku yang paling aku banggakan. Dia konyol, pintar dan ganteng. Beda dari yang lainnya, dia selalu memberiku motivasi disaat aku sedang mendapat masa-masa suram bersaam Tyan. Aku tahu Tyan dan Viza dekat, tapi aku percaya mereka tak akan mengkhianatiku.

Sekarang aku adalah mahasiswa semester enam dan dimana setiap mahasiswa akan melakuakan Kuliah Kerja lapangan. Dimana pula setiap mahasiswa sibuk keliling kota untuk mendapatkan yayasan yang menampung mereka menjadi sukarelawan dalam penyebaran dan pembimbingan agama di daerah terpencil.

Sudah sekitar 3 jam aku berkeliling  keluar masuk gedung yayasan tapi tak kunjung juga aku dapat yayasan yang mau menerimaku. Mungkin sekitar setengah jam aku beristirahat di halte bus dan melihat satu yayasan kecil. Aku berpikir mungkin tak harus yang besar untuk menjadikanku hebat.

Aku masuki gedung yayasan yang kecil itu. Aku berbicara kepada pengurus yayasan itu sebentar. Mereka menyuruhku untuk menunggu di ruang tunggu sebentar, mungkin untuk membicarakan permintaanku itu. Tak lama kemudian, aku dipanggil lagi ke dalam dan mereka berkata akan menempatkanku ke daerah yang sangat terpencil dan tak bernai janji tentang keselamatanklu.

Tak berpikir lama, aku ambil kesempatan itu. Aku berpikir mungkin memang banyak yang menyedikan tempat untuk sukarelawan tapi ketika ada kesempatan ambilah.

 1 Juni 2005

Semua mahasiswa semester 6 dilepas untuk melakukan kerja lapangan dengan daerah masing-masing yang telah ditentukan oleh yayasan pilihan kami sendiri. Hari itu aku berpamitan kepada ayahku, ibuku, kakakku, adikku dan tentunya kekasihku Tyan.

Aku berangkat melewati jalur air karena tempat aku ditempatkan hanya bisa diakses dengan kapal, itupun hanya perahu. Aku berhenti di beberapa tempat untuk beristirahat. Aku berhenti di salah satu tempat  di tepi sungai, tapi perjalanan masih 4 jam lagi. Disini aku melihat pemandangan yanga sangat indah, banyak binatang yang pergi ke tepi sungai untuk minum dan banyak monyet bergelantungan di pepohonan.

Setelah kira-kira setengah jam, aku berangkat lagi menyusuri sungai. Sekitar setelah 3 jam, aku mulai menemukan muara sungai tersebut. Muara sungai tersebut yaitu adalah laut yang sangat luas, airnya jernih dan dangkal.

Aku berkata dalam hati, “Alhamdulillah, aku Engkau tempatkan di surga duniamu.”

Setelah satu jam, aku sampai di sebuah pulau. Disana banyak orang yang sudah sedari tadi menungguku dengan pakaian adat mereka seperti biasanya yang mereka lakukan jika ada turis datang.

“Hei anak muda! Selamat datang di desa kami! Siapa namamu?” Kata ketua suku yang berdiri palin depan saat menungguku.

“Nama saya Neill pak, saya akan menginap disini sementara.” Jawabku.

“Pasti kau lelah, silahkan beristirahat dulu. Mari…” Ketua suku mempersilahkan.

Disana aku sangat dimanjakan dengan lautnya yang jernih, hutannya yang lebat, orangnya yang hangat terhadapku dan terakhir induk semangku di saat aku berada di sini.

Aku akan menceritakan sedikit tentang induk semangku ini. Namanya adalah Jane, kau tahu? Dia adalah wanita yang kuat. Dia bisa hidup dengan anak gadisnya hingga sekarang dengan tangannya sendiri. Itulah Jane, wanita perkasa…

10 Juni 2005

Aku mulai berbicara kepada kepala suku apa tujuanku datang kemari. Dia sangat gembira atas tujuanku datang kesana dan dia mempersilahkan aku untuk mulai memberikan pembelajaran kepada rakyatnya.

Esok harinya, aku membuat sebuah gubug tanpa dinding untuk mengajarkan masyarakat disitu tentang tulisan, angka, perhitungan, perkalian, bagaimana cara bertanam, membuat pupuk  dan tentunya agama.

Hari pertama dimulai dengan  2 orang anak. Hatiku cukup senang sudah ada masyarakat yang datang. Mereka sangat antusias terhadap pembelajaranku meskipun akhirnya ibu mereka datang dan memaksa mereka untuk pulang.

Keesokan harinya, aku kembali menunggu di gubugku itu dan ternyata ada 3 orang anak yang datang kepadaku. Mereka bertanya apa yang aku ajarkan pada mereka. Aku hanya menjawab akan membantu mereka agar hidup lebih baik.

Aku mengajarkan mereka cara memanfaatkan tanah subur mereka, terkadang aku membuat telur dadar kesukaanku untuk mereka. Tanpa disadari, kini masyarakat desa semakin dekat denganku dan induk semangku semakin tak ingin aku untuk pulang.

20 Agustus 2005

Hari ini ada seorang dosenku yang datang menemuiku. Dia melihat kehidupan masyarakat di desa itu semakin membaik dan dia menyakan tentang yayasan apa yang aku masuki. Aku menjawab apa adanya tapi dia berkata tak pernah ada yayasan itu di kota tempatku kuliah itu. Tapi sebelum dia meninggalkanku, dia berkata kepadaku untuk tetap menjaga kemakmuran ini dan sejahterakan rakyat disana.

Selama disini aku sering menulis surat utnuk kekasihku. Aku bercerita bagaimana lebatnya hutan yang mereka punya, seberapa jernih laut yang mereka salami dan sehangat apa orang-orang di sini kepadaku.

Aku mendapatkan balasan darinya seminggu setelah aku kirimkan suratku. Dia ingin sekali datang kemari menemaniku, melihat bagaimana lebatnya hutan yang kuceritakan, merasakan jernihnya laut yang aku gambarkan.

Dan aku berjanji akan mengajaknya kemari saat aku kembali nanti dan menunjukkannya semua ini karena aku juga ingin dia merasakan apa yang aku rasakan.

Hari ini, induk semangku sangat membuatku kaget. Dia memintaku untuk menikahi anaknya. Memang anaknya cantik dengan kulit coklat eksotis. Tapi aku menolaknya. Dan induk semangku bertanya kepadaku mengapa aku menolaknya. Dia bertanya apakah aku tak suka wanita atau aku memang tak punya nafsu. Tapi aku menjawabnya sambil menunjukkan foto Tyan dan aku bilang inilah wanita yang akan aku nikahi nanti. Dia telah lama menungguku.
 Dan akhirnya dia mengerti apa yang membuatku menolak anaknya. Karena aku sangat mencintai kekasihku.

15 September 2012

Hari ini adalah hari dimana desa yang aku tinggali ini terkena bencana. Bukan gempa bumu tapi badai yang sering terjadi, tapi inilah badai terparah yang pernah terjadi disini. Banyak warga desa yang kehilangan sanak saudar, harta benda serta ternak-ternak mereka.

Kami hanya bisa berbaring melihat burung pemakan bangkai berterbangan  di atas langit yang biru cerah. Kami hanya bisa menunggu kapal yang datang utnuk membantu tapi satu minggu btak ada kapal yang lewat di dekat pulau kami sedangkan persediaan makanan dan air minum semakin menipis.

Setelah beberapa hari persediaan makanan kami menipis, kami hanya bisa kembali berbaring di atas pasir. Aku berbaring bersama induk semangku di tepi laut. Tapi dia meninggal lebih awal daripada yang aku perkirakan.

Hari demi hari kami lewati, banyak warga desa yang meninggal. Tapi akhirnya ada kapal pengangkut barang ekspor melihat kami kelaparan dan member kami makanan serta air berih.

Aku mulai mengajak para warga desa untuk kembali membangun desa dari awal. Dan dalam waktu bebrapa minggu, kami dapat bangkit dan membangun desa kami.

17 Desember 2005

Hari ini adalah hari dimana anak dari jane menikah dengan pria lain desa itu. Aku berpikir mungkin dia akan lebih mendapatkan kebahagiaannya disini bersama pria desanya sendiri dan aku akan mendapatkan kebhagaiaanku dengan menikahi kekasihku tentunya.

1 Januari 2005

Hari ini adalah hari aku pulang ke kotaku dan mengumpulkan laporan tentang KKN. Tapi saat aku sampai rumah, banyak orang mengiraku sudah meninggal karena aku tak pernah mengirimi mereka surat setelah badai itu menerjang pulau itu. Dan setelah aku yakinkan mereka kalau aku benar-benar baik-baik saja, aku pergi kerumah Tyan untuk mengabarinya tentang keadaanku dan memenuhi janjiku untuk mengajaknya pergi ke desa itu.

Tapi di sana aku melihat Viza dan Tyan bergandeng tangan dengan mesra. Mereka mengira kau telah mennggal dan Viza memutuskan untuk mengambil alih posisiku karena setelah kepergianku, Tyan selalu mengis merindukanku. Tapi sekarang tak ada lagi sosokku di hatinya.

Dengan berat hati aku meninggalkannya dan mendoakannya agar bertahan lama dengan sahabatku. Sekarang hidupku kembali seperti dulu yang cupu, jelek dan tak punya orang untuk berbagi kasih. Tapi aku selalu ingat akan cinta penduduk desa kepadaku, bukan karena aku siapa tapi bagaimana aku ada diantara mereka.

0 komentar:

Posting Komentar