Menikahlah Denganku...
“Nikahilah aku…” kataku dalam kemurnian musim gugur yang
dihiasi oleh langit jingga dan kunang-kunang yang terbang diantara dahan pohon
yang ditinggalkan oleh daun-daunnya. Serta refleksi sinar matahari oleh lautan
biru.
“Menikahlah denganku.” desahku dengan mata yang bersinar dan
senyum yang sangat lembut untukmu. Aku berlutut di lumpur, memegang sarung
tanganmu dan mencium tanganmu.
“Menikahlah denganku, kekasihku…” aku berteriak kepadamu
dengan suara seperti sekawanan lebah. Bernafas dalam pelukmu. Aku, lemah
seperti pisau yang terbuat dari rumput.
“Oh, menilkahlah denganku, sayang, aku mencintaimu…” Aku
berkata sambil memegang bahumu. Aku mencium hidungmu seperti anak kecil dan
memegang sebuah cincin perak.
Cincin perak yang benar-benar manis dan bersinar.
Aku pakaikan cincin itu di jari manismu, tapi kau tak berkata apa-apa.
Kau tersenyum dengan lebar, lebih lebar dari sebuah bulan di
langit malam. Tangis harumu mengalir dari matamu sampai tanah.
Aku mencium telingamu dan berbicara dengan lembut.
“Menikahlah denganku, cintaku, aku mencintaimu…”
“Menikahlah denganku…” kau ingat betul kata yang aku
ucapkan. Hujan, bulan dalam langit malam dan petir adalah gambaran senyumu.
“Beginikah jadinya? Aku akan segera pulang sayang…”
“Menikahlah denganku… Nikahilah aku… Kembalilah…” kau
menangis seperti membuat hujan bersama dengan hujan.
Aku pergi menuju perangku, dan aku tak pernah sampai
dirumah.
Silver Sun of
Sweetness, Solo innocence, solem and soldier strength...
"I do...."
"I do...."
2 komentar:
ini............. keren.
romantisme yang kental...
saya coba ucapkan.
#blogwalking siang
Posting Komentar